Kuliner

Tren Wisata Kuliner 2025: Mencicipi Dunia Lewat Perjalanan yang Autentik dan Berkelanjutan

Tren Wisata Kuliner 2025: Mencicipi Dunia Lewat Perjalanan yang Autentik dan Berkelanjutan
Tren Wisata Kuliner 2025: Mencicipi Dunia Lewat Perjalanan yang Autentik dan Berkelanjutan

JAKARTA  – Tahun 2025 menandai babak baru dalam dunia pariwisata, di mana pengalaman makan tidak lagi sekadar pelengkap perjalanan, melainkan menjadi tujuan utama. Tren wisata kuliner atau culinary tourism kini berkembang pesat dengan menekankan prinsip keberlanjutan, keaslian, dan pengalaman mendalam yang menghubungkan pelancong dengan budaya lokal.

Mulai dari makan malam berkelas bintang Michelin dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), hingga mencari bahan makanan langsung dari hutan dan laut bersama koki lokal, wisata kuliner 2025 menjanjikan pengalaman unik yang memanjakan semua indera.

Bahan Hyper Lokal dan Konsep Farm to Table Jadi Primadona

Tren pertama yang paling mencolok tahun ini adalah meningkatnya popularitas bahan-bahan hyper-lokal. Wisatawan kini tak hanya ingin tahu “apa yang dimakan,” tetapi juga “dari mana makanan itu berasal.”

Restoran dan tur kuliner di berbagai negara mulai mengintegrasikan konsep farm-to-table dan ocean to plate, memperkenalkan wisatawan pada praktik pertanian dan perikanan berkelanjutan.

“Di Norwegia, kami menawarkan pengalaman kuliner Arktik yang dimulai dari aktivitas foraging hingga makan malam dengan bahan laut segar,” ujar perwakilan dari tur kuliner lokal Norwegia.

Di Bali, Indonesia, wisatawan dapat mengikuti tur pertanian organik yang ditutup dengan kelas memasak hidangan tradisional Bali, menggunakan bahan-bahan yang dipetik langsung dari kebun.

Retret Memasak: Belajar Kuliner dari Sumbernya

Tidak lagi puas dengan kelas memasak satu jam, wisatawan kini memburu retret kuliner multi-hari. Di Tuscany, Italia, pengunjung dapat tinggal di vila pedesaan, memanen zaitun, dan belajar membuat pasta dari awal bersama koki lokal.

Hal serupa terjadi di Marrakech, Maroko, tempat wisatawan diajak menyusuri pasar rempah-rempah sebelum mengikuti lokakarya membuat tajine hidangan khas Afrika Utara yang kaya rasa.

“Orang ingin lebih dari sekadar makan. Mereka ingin belajar, menyentuh bahan mentah, dan memahami cerita di balik hidangan,” kata seorang penyelenggara retret kuliner di Italia.

Kebangkitan Makanan Jalanan: Cita Rasa Autentik di Pinggir Jalan

Makanan jalanan kembali menjadi sorotan utama tahun ini. Tak hanya murah dan lezat, makanan jalanan dianggap mencerminkan identitas budaya sebuah daerah.

Di Bangkok, Thailand, beberapa penjual makanan kaki lima bahkan telah mendapatkan penghargaan Michelin. Sedangkan di Mexico City, turis rela antre panjang demi mencicipi taco al pastor, tamale, dan tortilla segar yang dibuat langsung di depan mata.

“Tur kuliner kini lebih banyak berfokus pada pengalaman autentik. Makanan jalanan menawarkan keaslian yang tak bisa dikemas ulang di restoran mewah,” ujar seorang pemandu kuliner di Bangkok.

Fine Dining Bertransformasi dengan Teknologi dan Inovasi

Restoran fine dining juga tidak tinggal diam. Banyak tempat makan bintang Michelin kini menyajikan pengalaman multi-indra dengan pendekatan teatrikal. Beberapa bahkan memanfaatkan AI untuk merancang menu personalisasi berdasarkan preferensi dan rekam jejak kesehatan pelanggan.

Di Barcelona, restoran avant-garde menyuguhkan gastronomi molekuler yang menyatu dengan seni pertunjukan. Sementara di Tokyo, menu berbasis AI mencoba menyatukan teknik tradisional Jepang dengan tren modern.

Kapal Pesiar Kuliner dan Pesta Terapung

Konsep kapal pesiar mewah kini memasukkan unsur wisata kuliner sebagai nilai jual utama. Di Eropa, penumpang kapal sungai Danube disuguhi pengalaman mencicipi anggur dan keju lokal di setiap pelabuhan.

Di kawasan Asia Tenggara, wisatawan dapat mengunjungi pasar terapung dan mengikuti tur rempah di Vietnam dan Thailand, langsung dari kapal yang disulap menjadi ruang makan terapung.

Kuliner Berbasis Wellness Jadi Favorit Wisatawan Sehat

Tren hidup sehat juga merambah ke dunia kuliner wisata. Permintaan terhadap makanan berbasis tanaman, menu ayurveda, dan superfood meningkat pesat. Resor kesehatan di Ubud, Bali, menawarkan retret makanan mentah dan kafe vegan, sementara Napa Valley di California dikenal dengan sajian organik dari hasil pertanian lokal.

“Wisatawan kini mencari makanan yang tidak hanya lezat, tetapi juga memberi energi dan mendukung gaya hidup sehat,” kata pengelola resor wellness di Bali.

Wisata Kuliner 2025 Menyatukan Rasa, Budaya, dan Inovasi

Tahun 2025 menunjukkan bahwa wisata kuliner telah berevolusi dari sekadar aktivitas makan menjadi perjalanan lintas budaya dan selera yang mendalam. Baik melalui hidangan mewah berbasis AI, kelezatan makanan kaki lima, hingga pengalaman spiritual lewat makanan sehat, wisata kuliner kini menciptakan koneksi otentik antara wisatawan dan komunitas lokal.

Perjalanan kuliner bukan hanya tentang menikmati makanan, melainkan juga menghargai proses, cerita, dan manusia di baliknya. Dengan semakin banyaknya pilihan destinasi dan konsep baru yang bermunculan, 2025 adalah tahun emas bagi para pelancong yang menjadikan rasa sebagai panduan perjalanan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index