Fashion

Fashion sebagai Ekspresi Diri: Menunjukkan Fleksibilitas Mental dan Pengaruh Positif terhadap Kesehatan Mental

Fashion sebagai Ekspresi Diri: Menunjukkan Fleksibilitas Mental dan Pengaruh Positif terhadap Kesehatan Mental
Fashion sebagai Ekspresi Diri: Menunjukkan Fleksibilitas Mental dan Pengaruh Positif terhadap Kesehatan Mental

JAKARTA - Gaya berpakaian bukan hanya sekedar tentang penampilan fisik, tetapi juga merupakan cerminan dari keadaan mental dan emosional seseorang. Dalam acara yang diadakan di Bali, para ahli kesehatan mental dan praktisi mode berbicara tentang bagaimana kebebasan berekspresi melalui fashion dapat memengaruhi kesehatan mental dan fleksibilitas mental seseorang.

Fashion sebagai Cerminan Fleksibilitas Mental

Menurut dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Cabang Denpasar, keragaman dalam cara berpakaian menunjukkan bagaimana fleksibilitas mental seseorang. "Fashion itu sebenarnya menunjukkan fleksibilitas mental seseorang. Bisa jadi, apa yang kita anggap tidak wajar, justru diterima dengan baik oleh orang lain. Ini adalah bentuk penerimaan terhadap perbedaan," ungkap dr. I Gusti Rai Putra Wiguna dalam acara yang diselenggarakan di Bali.

Fleksibilitas mental ini, menurut dr. I Gusti, merupakan modal yang baik untuk menjaga kesehatan mental seseorang. Bali, yang dikenal dengan keragaman budaya dari seluruh dunia, juga menjadi tempat yang mengajarkan masyarakat untuk menerima perbedaan tersebut. "Bali sebagai kampung dunia memiliki berbagai macam budaya dan itu berpengaruh pada masyarakat Bali yang lebih fleksibel dalam menerima hal-hal yang berbeda," lanjutnya.

Selain menjadi sarana berekspresi, fashion juga dapat memberikan dampak positif terhadap kondisi mental. Pakaian yang kita kenakan memiliki hubungan langsung dengan suasana hati (mood) kita. Ketika kita memilih pakaian yang nyaman dan sesuai dengan perasaan kita, itu bisa meningkatkan mood dan membawa perasaan lebih baik.

Fashion dan Mental Wellness

Dalam pandangan dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, berekspresi melalui fashion adalah bagian dari mental wellness. “Pakaian bukan hanya soal penampilan, tetapi juga mencerminkan mood dan perasaan kita. Ketika kita memilih pakaian yang membuat kita nyaman, itu bisa memberi pengaruh positif pada perasaan kita, dan ini sangat penting untuk kesehatan mental," jelasnya.

Ia menambahkan, ketika seseorang merasa mood-nya buruk, mencoba mengenakan pakaian yang nyaman dapat menjadi langkah awal untuk merubah perasaan tersebut. "Bahkan hal yang sederhana seperti memilih pakaian yang nyaman untuk dikenakan saat bepergian dapat membantu memperbaiki mood seseorang," kata dr. I Gusti Rai.

Bagi banyak orang, terutama yang memiliki tekanan hidup yang tinggi, fashion bisa menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan diri dan merasa lebih baik. Berpakaian dengan cara yang sesuai dengan keinginan diri dapat membantu seseorang merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi dunia.

Keanggunan yang Tidak Harus Sempurna

Selain itu, dalam acara yang sama, Founder M Style, Muthia Ruskandar, menyampaikan pandangannya mengenai konsep keanggunan dalam fashion. Ia mengajak para peserta untuk merayakan keanggunan yang tidak harus sempurna. "Orang tidak selalu harus sempurna. Saat tekanan untuk tampil sempurna terasa membebani, kita kerap melupakan bagian diri yang rapuh dan butuh disembuhkan," ujar Muthia.

Muthia juga berbicara tentang bagaimana momen seperti Bird Release Ceremony dalam acara tersebut mengajak para peserta untuk melepaskan beban emosional dan menyambut transformasi diri. "Meski setiap orang membawa ceritanya masing-masing, selalu ada ruang untuk mencipta sesuatu yang lebih dari sekadar kesempurnaan. Kualitas diri yang terpancar sejatinya ditentukan dari dalam," tambahnya.

Diversity Beyond Perfection: Merayakan Keaslian Diri Melalui Fashion

Dalam acara yang juga dihadiri oleh beberapa desainer terkenal, seperti Erika Pena, Lily Jean, dan Dika Saskara, tema "Diversity Beyond Perfection" juga menjadi sorotan utama. M Style, dengan dukungan Mercedes-Benz, mengajak para tamu untuk merayakan keaslian diri dan kebebasan berekspresi melalui fashion.

Erika Pena, seorang desainer global yang memadukan gaya multikultural dengan glamor, menghadirkan koleksi yang merayakan feminitas dan warisan budaya. Koleksi resort mewahnya menonjolkan tema keberagaman dan keindahan dalam kesederhanaan. Sementara itu, Lily Jean, seorang pelopor slow fashion di Bali, memamerkan koleksi yang bertajuk Where the Wild Things Are, menampilkan karya-karya berkelanjutan dan timeless yang cocok untuk perempuan yang mindful terhadap lingkungan.

Tidak ketinggalan, Dika Saskara, seorang desainer kenamaan Bali, mengangkat kain Endek sebagai materi utama dalam karyanya. Dengan koleksi bertajuk Bali Dwipa, Dika menginterpretasikan ulang motif klasik kain Endek menjadi fashion statement yang modern dan wearable.

Fashion dan Kesehatan Mental yang Saling Mendukung

Dengan semakin berkembangnya tren fashion yang lebih inklusif dan fleksibel, hal ini membuktikan bahwa fashion tidak hanya berfungsi sebagai penampilan luar, tetapi juga bisa menjadi medium untuk mendukung kesehatan mental. Fashion menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, menerima perbedaan, dan menjaga keseimbangan mental dalam menghadapi tantangan hidup.

Kebebasan dalam berekspresi melalui fashion, seperti yang terlihat dalam karya-karya desainer yang berfokus pada keberagaman dan keaslian diri, menunjukkan bahwa keindahan sejati berasal dari dalam diri. Keanggunan tidak perlu sempurna; yang terpenting adalah bagaimana kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri dan dapat menerima perbedaan yang ada di sekitar kita.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index