INSPIRATIF

Kisah Inspiratif Muhamad Yani dari Ujung Kulon ke Amerika, Begini Caranya Masuk Harvard

Kisah Inspiratif Muhamad Yani dari Ujung Kulon ke Amerika, Begini Caranya Masuk Harvard
Kisah Inspiratif Muhamad Yani dari Ujung Kulon ke Amerika, Begini Caranya Masuk Harvard

JAKARTA - Kisah inspiratif datang dari seorang pemuda bernama Muhamad Yani, anak penjual nasi goreng keliling asal Desa Cibaliung, Kecamatan Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten. Yani berhasil menembus Harvard Graduate School of Education, program Human Development and Education, melalui beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa latar belakang sederhana bukan penghalang untuk meraih pendidikan di level dunia. Perjuangan Yani tidak mudah, namun ia membuktikan bahwa ketekunan dan kerja keras mampu membuka pintu kesempatan yang luas.

Latar Belakang Keluarga dan Perjuangan Hidup

Yani lahir dan besar di Kampung Gunung Batu, Desa Cibaliung. Ayahnya, Adroni, bekerja sebagai pedagang nasi goreng dan juga petani kecil, sementara ibunya, Rokayah, hanya menamatkan pendidikan hingga sekolah dasar. Kehidupan keluarga yang sangat sederhana memaksa Yani dan saudara-saudaranya berjuang keras demi pendidikan.

Rokayah menceritakan perjuangan keluarganya, “Mereka membesarkanku dari 20 tahun berjualan nasi goreng… perjuangan yang tiada henti untuk membiayai sekolah kami,” katanya dengan penuh haru.

Kondisi ekonomi keluarga yang terbatas pernah membuat Yani dan keluarganya harus tidur di pinggir jalan selama 10 hari ketika mereka tidak mampu membayar kontrakan di Bali. Pengalaman itu justru menjadi bahan bakar semangatnya untuk terus berjuang.

“Saya pernah tidur di pinggir jalan karena tidak mampu membayar sewa kontrakan… tapi itu menjadi bara semangat untuk terus maju dan tidak menyerah,” ungkap Yani mengenang masa sulit tersebut.

Pendidikan dan Transformasi Minat Akademik

Yani mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di sekitar wilayahnya, yakni SDN 1 Sukajadi, MTsN 3 Pandeglang, dan SMAN 5 Pandeglang. Selanjutnya, ia melanjutkan studi di Fakultas Agribisnis Universitas Udayana, Bali. Namun, pada semester empat, minatnya bergeser ke bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Tidak hanya berhenti pada perguruan tinggi, Yani membuktikan komitmennya dengan mendirikan Leuweung Hub Foundation pada 2022. Yayasan ini bertujuan membantu pelajar dari desa memperoleh beasiswa jenjang S1. Hingga kini, yayasan tersebut telah membantu 287 pelajar dan menjangkau lebih dari 41.000 pemuda di 34 provinsi di Indonesia melalui program “Duta Inisiatif Indonesia”.

Proses Panjang Meraih Beasiswa Harvard

Selama semester tujuh, Yani mulai mengincar peluang beasiswa luar negeri dengan mendaftar ke berbagai universitas bergengsi seperti Columbia University, University of Manchester, dan Imperial College London. Namun, dia sempat mengalami beberapa kegagalan, termasuk kesulitan dalam memenuhi persyaratan IELTS dan transkrip akademik.

Kegagalan juga datang ketika ia mengikuti wawancara beasiswa LPDP yang pertama kali. Pada saat itu, ia mendapat diagnosa harus menjalani operasi satu jam setelah wawancara. Meski demikian, Yani tidak menyerah. Ia memperbaiki esainya, terus berlatih menghadapi wawancara, dan akhirnya berhasil lolos seleksi LPDP batch kedua, meskipun tanpa Letter of Acceptance dari universitas tujuan.

Diterima di Harvard dan Rencana Akademik

Pihak Harvard mengumumkan penerimaan Yani pada tanggal 7 Maret 2025. Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, Yani dijadwalkan mengikuti program YSEALI Academic Fellowship di Northern Arizona University selama April sampai Mei 2025. Ia dijadwalkan tiba di Harvard pada Juni 2025 untuk memulai studinya.

Pesan Inspiratif dari Muhamad Yani

Yani mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian ini. “Tidak pernah terpikir akan diterima di Harvard. Saya bangga, begitu juga orang tua dan keluarga saya,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa kesuksesannya adalah bukti bahwa anak desa juga berhak bermimpi besar.

“Setiap anak desa berhak bermimpi tanpa batas. Garis takdir bisa diubah dengan usaha dan doa,” tambahnya.

Selain itu, Yani berpesan agar jangan pernah merasa minder dan terus berusaha. “Selama kita punya keberanian dan memohon, insya Allah akan dipermudah jalan kita. Persiapkan esai dan portofolio dengan baik, karena esai adalah senjata utama untuk meraih beasiswa,” ujarnya.

Harapan dan Dampak Positif ke Depan

Dengan keberhasilannya menembus Harvard, Yani berharap dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda di desa agar tidak takut bermimpi dan berjuang keras demi masa depan. Ia ingin hasil perjuangannya berdampak positif bagi masyarakat sekitar melalui yayasan yang didirikannya.

“Sukses dan berhasil itu untuk mereka yang mau berjuang. Semoga pencapaian saya bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi banyak orang,” pungkas Yani.

Kisah Muhamad Yani adalah cerminan nyata bahwa asal-usul sederhana bukan penghalang untuk meraih cita-cita setinggi langit. Dengan keteguhan hati, kerja keras, dan doa, anak seorang penjual nasi goreng dari desa kecil di Banten ini berhasil mendapatkan peluang belajar di salah satu universitas terbaik dunia. Ia membuktikan bahwa mimpi besar tidak mengenal batas geografis dan latar belakang ekonomi, melainkan ditentukan oleh niat dan usaha yang konsisten.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index