JAKARTA — Pura Mangkunegaran kembali menggelar tradisi kirab malam 1 Suro dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah. Kirab yang dikenal dengan sebutan Laku Tapa Bisu ini berlangsung khidmat dan diikuti oleh sekitar 1.000 peserta dari berbagai kalangan, termasuk pejabat negara dan artis ternama.
Acara yang berlangsung pada Rabu malam ini menjadi momentum refleksi spiritual sekaligus perayaan budaya Jawa yang sarat makna. Tidak kurang dari 10 ribu orang turut menyaksikan prosesi yang menampilkan peserta pria dan wanita berpakaian adat Jawa klasik khas Mangkunegaran, berjalan tanpa mengenakan alas kaki dan tanpa berbicara sepanjang rute kirab.
Pejabat dan Artis Hadir Ikuti Kirab
Dari pantauan di lokasi, hadir sejumlah tokoh penting dan figur publik, seperti istri Presiden ke-4 RI, Sinta Nuriyah Wahid; anggota DPR RI Titik Soeharto; Menteri PUPR Dody Hanggodo; Yenny Wahid; mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti; serta sederet artis populer seperti Tara Basro dan Sherina Munaf.
Peserta pria tampak mengenakan kemeja hitam dipadukan dengan kain jarik dan blangkon gaya Mangkunegaran yang khas dengan simpul pita di bagian belakang, sedangkan peserta wanita memakai kebaya hitam polos serta jarik sogan dengan motif Surakarta. Tata rambut digulung dengan model tradisional Jawa lengkap dengan penyu sebagai aksesoris.
Semua peserta mengikuti kirab dengan berjalan kaki tanpa alas, menjaga kesunyian sepanjang perjalanan. Hanya terdengar suara langkah kaki yang rapi menapaki jalanan yang telah dipersiapkan.
Makna Mendalam Malam 1 Suro
Pengageng Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran Solo, Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sudjiwo, yang akrab disapa Gusti Sura, menjelaskan bahwa peringatan malam 1 Suro kali ini mengangkat tiga makna utama: Atika, Atiki, dan Anagata. Ketiganya melambangkan masa lampau, masa kini, dan masa depan.
“Kita mewujudkan Atika itu dengan refleksi diri. Atiki diwujudkan melalui apa yang kita lakukan saat ini yang kita sadari, lalu wujudkan dengan Topo Bisu dalam kirab pusoko. Anagata adalah doa dan harapan yang dilakukan dengan semedi di Pendapa dan ke belakang,” terang Gusti Sura.
Kirab Laku Tapa Bisu di Pura Mangkunegaran menjadi simbol kontemplasi dan kesadaran waktu, di mana energi lama dilepaskan dan pintu pemaknaan baru dibuka untuk memasuki tahun yang baru secara spiritual.
Rute Kirab dan Peserta
Kirab malam 1 Suro kali ini diikuti oleh sekitar 1.000 peserta yang mengenakan busana adat Jawa dan berjalan tanpa alas kaki serta tanpa berbicara. Rute kirab menempuh jarak sekitar tiga kilometer dengan start dan finis di Pura Mangkunegaran.
Rutenya dimulai dari Pura Mangkunegaran, melewati koridor Ngarsopuro, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Kartini, Jalan R.M. Said, Jalan Teuku Umar, kemudian kembali lagi melalui Jalan Slamet Riyadi dan koridor Ngarsopuro hingga berakhir di Pura Mangkunegaran.
“Rute kirab pasaka tahun ini sama seperti tahun lalu, total jaraknya sekitar tiga kilometer. Peserta kirab lebih dari 1.000 orang, dan tamu undangan di Pendapa juga sekitar 1.000 orang,” jelas Gusti Sura.
Tradisi Laku Tapa Bisu
Laku Tapa Bisu merupakan ritual kesunyian penuh makna yang menjadi inti dari prosesi kirab malam 1 Suro. Para peserta dilarang berbicara sepanjang prosesi untuk menjaga khidmat dan ketenangan. Ritual ini menjadi simbol perjalanan spiritual untuk merefleksikan diri dan membuka diri terhadap harapan baru di tahun yang baru.
Kirab ini bukan sekadar parade budaya, tetapi juga pengingat akan pentingnya introspeksi dan kesadaran diri dalam menjalani waktu. Energi masa lalu dilepaskan, sehingga memberi ruang bagi pemaknaan dan harapan masa depan yang lebih baik.
Antusiasme Masyarakat dan Peserta
Keberhasilan penyelenggaraan kirab malam 1 Suro di Pura Mangkunegaran menarik perhatian banyak masyarakat dan wisatawan. Tidak hanya sebagai acara religius, prosesi ini juga menjadi daya tarik budaya yang mempromosikan warisan tradisi Jawa secara autentik.
Peserta dari berbagai lapisan masyarakat turut menunjukkan rasa hormat dan penghormatan terhadap nilai-nilai luhur budaya Jawa dengan mengenakan busana adat, berjalan tanpa alas kaki, dan menjaga kesunyian sepanjang acara.
Kirab Laku Tapa Bisu di Pura Mangkunegaran pada malam 1 Suro 1446 Hijriah menjadi peringatan tahun baru Islam yang dipadukan dengan tradisi budaya Jawa yang sarat filosofi. Kehadiran pejabat negara, tokoh masyarakat, dan artis ternama semakin memperkuat makna acara ini sebagai momentum spiritual dan kultural.
Tradisi ini mengajarkan masyarakat untuk merenungi masa lalu, sadar akan masa kini, dan berharap pada masa depan melalui refleksi diri, doa, dan semedi. Dengan menjaga khidmat dan kesucian prosesi, kirab ini menjadi salah satu ikon kebudayaan yang terus lestari di tengah perkembangan zaman.
Apakah Anda tertarik untuk menyaksikan atau bahkan ikut berpartisipasi dalam kirab tahun depan? Kirab Laku Tapa Bisu di Pura Mangkunegaran menawarkan pengalaman unik yang memadukan kedalaman spiritual dengan keindahan tradisi Jawa yang otentik.